Perjalanan OSN Medalis Emas Geografi 2014, M. Fauzy Ramadhan

OSN adalah sebuah kompetisi yang sangat bergengsi di kalangan siswa, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Saya mulai mengetahui osn sejak berada di sekolah dasar tepatnya di kelas 5 SD. Saat itu saya melihat betapa hebatnya dan sangat terlihat pintar orang-orang yang mengikuti OSN itu. Namun saat itu saya tidak pernah membayangkan bahwa saya suatu saat akan mengikuti yang namanya Olimpiade Sains. Berlanjutk ke SMP saya semakin mengenal yang namanya OSN dan saat itu saya berada di kelas 8 dan saya diutus oleh sekolah untuk mewakili dalam bidang Fisika saat itu, yang saya merasa aneh adalah apa yang saya punya hingga guru memilih saya saat itu, ya mungkin karena kebetulan saya termasuk peringkat tiga besar parallel. Saat hari H datang saya terpaksa untuk tidak bisa mengikuti OSN pertama itu karena saya sakit dan yaa saat itu saya pun tidak mendapatkan apapun. Teman-teman saya yang juga mewakili sekolah kami mengatakan jika soalnya sangatlah susah namun yaakarena saya tidak mengikutinya saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu.

                    Menginjakkan kaki di kelas 9 saya mulai memikirkan kemana saya akan berlanjut. Saat itu bulan maret 2012 atau akhir dari kelas 9, saat itu kaka kelas saya yang pernah satu SMP dengan saya datang ke sekolah dan dia mengatakan bahwa dia sedang pelatihan untuk mengikuti OSN 2012 saat itu, dan saya pun semakin tertarik bagaimana sih OSN itu dan saya pun berpikiran untuk mengikuti jejak kaka kelas saya itu, dia bernama Arif.

                    Lulus SMP saya benar-benar mengikuti jejak ka Arif dan masuk sekolah yang sama di MAN Insan Cendekia Gorontalo. Di sana saya merasa bahwa saya memiliki kesempatan untuk dapat mengikuti OSN. Pertengahan September 2012 pembukaan pendaftaran untuk menjadi tim Olimpiade di sekolah pun dibuka, saat itu pilihan saya adalah ekonomi dan tidak tertarik untuk yang lainnya. Namun suatu waktu guru geografi saya yang bernama Ustad Abe (ustad panggilan untuk guru) memanggil saya dan mengatakan kepada saya untuk beralih ke pendaftaran untuk tim kebumian (belum ada OSN Geografi), beliau mengatakan itu karena melihat hasil UTS saya yang termasuk tertinggi dan dari situ sayamerasa yakin bahwa saya bisa menjadi tim Olimpiade sekolah di bidang Kebumian.

                    Tes tingkat sekolah pun berlangsung dan saya mengkuti di Bidang Kebumian. Hasil pun keluar dan saya menjadi peserta kelas 10 dengan nilai tertinggi dan secara menyeluruh saya berada di peringkat 4 bersaing dengan kaka kelas yang saat itu kelas 11, dan saya pun menjadi tim olimpiade kebumian tingkat sekolah. Waktu berjalan dan akhirnya muncullah OSN di bidang Geografi yang pertama tahun 2013, saat itu saya tidak mengikuti tes seleksi untuk menjadi tim geografi, karena guru saya mengatakan untuk member kesempatan pada teman seangkatan saya yang berada di jurusan IPS. Namun melihat hasil dari seleksi tersebut tidak ada satu pun angkatan saya yang mumpuni menurut guru saya dan akhirnya guru saya membujuk saya untuk pindah bidang, dan saya pun setuju saja.

                    Berjalannya waktu, kabar duka pun harus saya terima dengan meninggalnya ayah saya. Saat itu saya sedang menjalankan UTS di bulan Maret dan itu juga mendekati seleksi untuk tingkat kabupaten. Dan dengan perasaan yang kacau saya menjadi tidak berkonsentrasi dan akhirnya saya pun gagal menjadi wakil sekolah di bidang Geografi pada tingkat kebupaten. Dan saat itu saya seperti benar-benar berada di dasar hingga saya merasa nilai-nilai saya menurun dan saya tidak memiliki semangat lagi untuk mengikuti olimpiade.

                    Berjalannya waktu guru-guru terus memberikan semangat kepada saya untuk terus meningkatkan nilai-nilai dan tentunya ustad Abe mendukung saya untuk melanjutkan dalam olimpiade. Dan di kesempatan berikutnya saya mengikuti seleksi dan Alhamdulillah saya berhasil menjadi tim kembali dengan jalan yang lancar dan saya mendapat skor tertinggi saat itu. Berlanjut saya dan dua orang teman saya belajar terus dan hingga saatnya kami terpilih mewakili sekolah di tingkatn kabupaten dan saat itu saya hanya mendapat  peringkat tiga kabupaten dan tentunya hanya kalah dari dua teman saya. Kami terus di ajari oleh guru kami dan alumni OSN tahun sebelumnya hingga kami mendapat banyak ilmu yang sangat berguna untuk di tingkat provinsi.

                    OSP pun di mulai, kami bertiga sangat yakin dengan jawaban kami dan yang kami takutkan hanyalah diri kami sendiri dimana kami bersaing dengan teman sendiri untuk mendapatkan posisi pertama dan kedua. OSP yang bertaraf nasional dalam pengolahan nilainya pun keluar. Kami bertiga masuk dalam sepuluh besar nasional dimana rekan saya mendapat peringkat satu saya tiga dan satu teman kami di peringkat empat, jika setiap sekolah dapat mengirimkan tiga orang maka sudah pasti kami bertiga akan masuk namun peraturan hanya mengizinkan dua setiap sekolah dan saya merasa senang karena saya lolos walaupun harus mengorbankan teman sendiri.

                    Kami berdua belajar terus hingga waktu OSN pun tiba, peristiwa yang tak saya sangka-sangka saat masih SD dan sesuatu yang tak pernah ada dipikiran saya saat SMP, dan sesuatu yang saya sangat harap-harapkan saat di SMA, dan hal itu terwujud, saya mengikuti OSN 2014 di Mataram, NTB. Pertama kalinya dalam pengalaman pendidikan saya, dimana saya merasa sangat bersemangat untuk mencetak prestasi dalam hidup saya. Saya sangat mendambakan dimana nama saya dapat dikenang walaupun hanya di sekolah saya dinama orangtua saya dapat bangga dengan saya dengan apa yang saya lakukan. Tes demi tes saya lalui, semakin mendekati akhir tes saya semakin ragu apakah saya bisa mewujudkan cita-cita saya menjadi seorang yang memiliki prestasi di tingakat nasional. Tes pun berakhir dan saya merasakan diri saya mulai pesimis dengan semua tes yang telah saya lalui, saya merasa sangat siap di awalnya namun saa mengerjakan saya merasa sangat jauh sekali ilmu saya dan sangat berbeda jika saya melihat rekan-rekan peserta OSN yang terlihat lebih siap dari saya. Saya sangat pesimis dan hanya berharap saya berada di perunggu atau setidaknya saya dapat medali pda kesempatan ini.

                    Pengumuman hasil tes pun akan di umumkan dan yang saya tak sangka adalah ternyata disebutkan dari urutan emas terlebih dahulu. Pengumuman berlangsung, dua teman saya dari bidang ekonomi dan astronomi namanya terpanggil sebagai penerima medali emas, dan saya hanya terduduk berdoa agar setidaknya nama saya berada di barisan perunggu. Pemanggilan untuk peserta geografi pun di mulai dan diurutkan dari nomor lima ke satu dan yang sangat mengejutkan adalah saya berada di nomor 4 yang berarti saya mendapatkan emas, medali emas, sesuatu yang saya cita-citakan berhasil saya dapatkan dan saya berhasil membuat diri saya sendiri yakin akan apa yang saya punya, dan saya pun sangat bersyukur dengan apa yang saya dapatkan dan itu adalah sebuah pengalaman terhebat yang saya alami hingga kini. Dan saya berkesempatan untuk mengikuti pelatihan nasional untuk menentukan siapa delegasi yang layak untuk mewakili Indonesia di IGEO, Russia 2015. Dan saya hanya bisa sampai pada pelatihan nasional tahap tiga sekaligus tahap akhir untuk menentukan siapa yang akan menjadi delegasi, saya memang tidak mewakili Indonesia namun saya mendapatkan ilmu yang sangat berharga dari apa yang telah saya dapatkan hingga pada pelatihan nasional tahap 3 tersebut.